BLANTERORIONv101

Dari Tradisi ke Transformasi: Pesantren Cililin Menata Masa Depan Digital

22 Desember 2025

cililin pesantren digital
Sejumlah tokoh pesantren, pengurus Forum Pondok Pesantren Kecamatan Cililin, perwakilan Bank Syariah Indonesia (BSI), serta narasumber berfoto bersama sebelum kegiatan sosialisasi digitalisasi manajemen pondok pesantren di lingkungan Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung (P3SB), Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.


RINGKASAN BERITA

Puluhan pondok pesantren di Kecamatan Cililin mengikuti sosialisasi digitalisasi manajemen pesantren yang digagas PBNU dan didukung Bank Syariah Indonesia (BSI). Program ini mendorong pesantren bertransformasi secara digital tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi.

Satuspirit.my.id - Berangkat dari inisiasi Rohis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Pusat tentang digitalisasi manajemen pesantren, Ari Gumanti, M.Pd, Ketua Pembina Forum Pondok Pesantren Kecamatan Cililin sekaligus Ketua Yayasan Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung (P3SB), bergerak cepat menerjemahkan gagasan tersebut ke level akar rumput.

Dengan satu tujuan sederhana namun visioner mendorong pesantren agar lebih maju dan adaptif terhadap perkembangan zaman, Ari Gumanti mengumpulkan para pengelola pondok pesantren se-Kecamatan Cililin. Upaya itu kemudian bermuara pada terselenggaranya Sosialisasi Digitalisasi Pondok Pesantren Kecamatan Cililin, yang digelar di Aula P3SB, Kabupaten Bandung Barat, Senin (22 Desember 2025).

Kegiatan ini diikuti sekitar 50 pondok pesantren yang antusias mempelajari digitalisasi, khususnya dalam pengelolaan manajemen keuangan pesantren. Harapannya, pesantren tidak lagi dipandang kolot atau tertinggal, melainkan tampil sebagai lembaga pendidikan yang relevan dan siap bersaing di era digital.

Program digitalisasi ini mendapat dukungan dari Bank Syariah Indonesia (BSI) melalui pemanfaatan aplikasi quamus, sebuah platform hasil gagasan Rohis PBNU Pusat yang dirancang untuk mendorong transformasi pesantren di seluruh Indonesia.

KH. Ari Gumanti, M.Pd : Digitalisasi Pesantren Bukan Gaya-gayaan, tapi Kebutuhan

Ketua Pembina Forum Pondok Pesantren Kecamatan Cililin sekaligus Ketua Yayasan Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung (P3SB), KH.Ari Gumanti, M.Pd, menjelaskan bahwa program digitalisasi pesantren ini berangkat dari inisiatif Rohis PBNU Pusat yang mendorong perubahan manajemen pesantren dari sistem konvensional menuju sistem digital.

“Beberapa minggu lalu PBNU melalui Rohis NU menyampaikan keinginan agar manajemen pesantren tidak lagi berjalan secara manual, tapi mulai beralih ke sistem digital yang lebih rapi dan transparan,” ujar Ari.


Menurutnya, PBNU telah memperkenalkan sebuah aplikasi yang dirancang khusus untuk kebutuhan pesantren. Aplikasi tersebut bersifat sederhana, mudah digunakan, namun mencakup banyak aspek penting dalam pengelolaan pesantren.

“Aplikasi ini tidak hanya untuk pesantren, tapi juga mencakup asrama. Bahkan orang tua santri bisa memantau aktivitas anaknya, mulai dari kegiatan belajar, absensi, sampai kondisi kesehatan,” jelasnya.

Ari menyebut, melalui sistem tersebut, setiap aktivitas santri dapat terpantau secara real time. Cukup dengan pemindaian barcode dan input dari pengelola, informasi langsung tersampaikan ke orang tua.

“Kalau santri sedang belajar kitab apa, halaman berapa, atau bahkan kalau sedang sakit, orang tua bisa langsung tahu lewat ponselnya,” katanya.

Tak hanya itu, digitalisasi juga menyentuh manajemen keuangan pesantren. Sistem pembayaran dilakukan secara non-tunai sehingga meminimalisir potensi kesalahan pencatatan maupun kehilangan.

“Semua pembayaran tercatat otomatis. Santri tidak perlu lagi membawa uang tunai, cukup menggunakan sistem digital. Ini jauh lebih aman dan transparan,” ungkap Ari.

Ia menambahkan, dengan sistem tersebut, pimpinan pesantren dapat mengakses seluruh data hanya dengan beberapa klik.

“Ketua yayasan atau pimpinan pondok bisa melihat laporan keuangan, absensi guru, absensi santri, hingga aktivitas asrama dalam satu sistem. Jadi benar-benar satu atap,” katanya.

Untuk kegiatan sosialisasi ini sendiri, Ari menyebut terdapat sekitar 30 hingga 33 pondok pesantren yang ikut serta, baik pimpinan langsung maupun perwakilan yang memahami teknologi digital.

“Harapan kami, khususnya pesantren di Kecamatan Cililin bisa lebih berkembang dan tertata. Para kiai tidak hanya kuat dalam keilmuan agama, tapi juga terbantu dalam manajemen pesantren dengan teknologi,” tandasnya.

Program digitalisasi pondok pesantren yang disosialisasikan di Kecamatan Cililin ini didukung melalui pemanfaatan aplikasi Quamus, sebuah platform digital pesantren yang dikembangkan oleh PBNU dan mendapat dukungan dari Bank Syariah Indonesia (BSI).



Berdasarkan materi yang dipaparkan dalam kegiatan tersebut, Quamus dirancang untuk membantu pesantren dalam pengelolaan manajemen secara lebih modern dan terintegrasi, mulai dari administrasi, manajemen keuangan, hingga pendataan santri dan aktivitas pesantren. Program ini sebelumnya telah diperkenalkan dan dijalankan di sejumlah wilayah, seperti Yogyakarta, Banten, dan Bandung Raya, sebagai bagian dari upaya mendorong pesantren agar adaptif terhadap perkembangan teknologi
.

BSI Dorong Pesantren Naik Kelas Lewat Digitalisasi

Dukungan terhadap digitalisasi Pondok Pesantren Kecamatan Cililin juga datang dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Melalui pendekatan ekosistem keislaman, BSI hadir tidak sekadar sebagai lembaga keuangan, tetapi sebagai mitra yang mendorong pesantren untuk naik kelas dalam pengelolaan manajemen.

Adhitia Pujaswara Malik, dari Islamic Ecosystem Regional Bandung BSI, menyampaikan bahwa keterlibatan BSI dalam kegiatan ini bertujuan membantu pesantren yang selama ini belum tersentuh sistem digital agar mulai bertransformasi.

“Tujuan kami adalah membantu pesantren agar bisa level up. Pesantren-pesantren yang sebelumnya belum menggunakan digitalisasi, kami dorong untuk mulai memanfaatkan fasilitas digital, salah satunya melalui aplikasi Kuantum,” ujar Aditya.

Ia menjelaskan, kehadiran BSI dalam sosialisasi ini menjadi langkah awal. Setelahnya, pihak BSI akan melakukan pendampingan lanjutan secara langsung ke masing-masing pesantren.

“Untuk tahap awal ini kami fokus di forum pesantren se-Kecamatan Cililin. Selanjutnya kami akan follow up ke masing-masing pesantren, berkomunikasi langsung, termasuk berkoordinasi dengan tim IT pesantren bila sudah ada,” katanya.

Aditya menambahkan, model pendampingan seperti ini sebelumnya telah dilakukan di sejumlah daerah lain, seperti Sumedang, dan terbukti mempermudah pengelolaan pesantren, terutama dalam aspek keuangan.

“Digitalisasi ini sangat membantu manajemen keuangan pesantren, baik pencatatan dana masuk maupun dana keluar, sekaligus monitoring santri. Semua jadi lebih rapi dan transparan,” jelasnya.

Menurutnya, sistem digital juga memungkinkan pesantren menampilkan data secara terbuka, termasuk melalui website pesantren.

“Data santri, jumlah tenaga pendidik, hingga arah dan tujuan pesantren bisa ditampilkan secara jelas. Ini membuat pengelolaan lebih tertata dan mudah dipantau,” tambahnya.

Sebagai lembaga keuangan syariah, Aditya menegaskan komitmen BSI untuk terus menjadi mitra pesantren.

“Kami ingin hadir sebagai sahabat finansial, sosial, dan spiritual. Harapannya, BSI bisa menjadi partner terbaik bagi pesantren-pesantren di Kecamatan Cililin,” jelasnya.

Sebagai bagian dari rangkaian sosialisasi digitalisasi Pondok Pesantren Kecamatan Cililin, BSI juga menghadirkan narasumber pendamping untuk menjelaskan secara teknis dan praktis sistem yang akan diterapkan di lingkungan pesantren. Materi yang disampaikan menitikberatkan pada kesiapan pesantren menghadapi tantangan zaman yang serba digital.

Idham Musthopa, narasumber yang dihadirkan oleh BSI, menjelaskan bahwa digitalisasi pesantren merupakan bentuk kolaborasi strategis antara lembaga keuangan syariah dan dunia pesantren agar mampu beradaptasi dengan perkembangan global.

“Materi yang kami sampaikan berkaitan dengan sosialisasi sistem digitalisasi pesantren. Ini adalah kolaborasi antara BSI dengan pihak pondok pesantren, dengan harapan ke depan pesantren bisa lebih melek digital,” ujarnya.

Menurut Idham, kondisi saat ini menuntut semua lembaga, termasuk pesantren, untuk mulai bertransformasi secara digital tanpa meninggalkan nilai-nilai dasarnya.

“Hari ini semuanya serba digital. Mau tidak mau, pesantren juga harus siap mengikuti arus globalisasi agar tetap relevan,” katanya.

Ia menambahkan, respons dari pesantren yang mengikuti kegiatan tersebut terbilang sangat positif. Hal itu tidak lepas dari sistem yang ditawarkan tidak hanya berfokus pada keuangan, tetapi juga menyentuh aspek pengelolaan asrama dan keamanan.

“Sistem yang kami tawarkan bukan hanya soal keuangan, tapi juga sistem keasramaan dan monitoring. Ini menjadi bagian dari pelayanan BSI kepada nasabah pesantren,” jelasnya.

Dalam kolaborasi ini, BSI menempatkan diri sebagai mitra strategis yang tidak hanya menyediakan sistem, tetapi juga melakukan pendampingan.

“Kami hadir sebagai mitra dalam pendampingan awal, agar pesantren benar-benar siap menerapkan sistem digital ini secara bertahap,” tandas Kang Idham.

Materi yang disampaikan dinilai relevan dan penting untuk mendorong kemajuan pondok pesantren di Kecamatan Cililin, khususnya dalam menjawab tantangan pengelolaan di era digital. Upaya kolaboratif antara pesantren dan Bank Syariah Indonesia ini diharapkan menjadi langkah nyata menuju tata kelola pesantren yang lebih modern dan tertata.

Hal tersebut juga mendapat dukungan penuh dari Ketua Forum Pondok Pesantren Kecamatan Cililin (FPPKC), Ustadz Hasan Toyarudin. Ia menyambut baik rencana pelaksanaan digitalisasi manajemen pesantren yang akan digelar di Aula Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung.

“Dengan adanya kegiatan digitalisasi manajemen pondok pesantren yang bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia ini, mudah-mudahan bisa meningkatkan efisiensi pengelolaan pesantren, memperluas akses pembelajaran santri, sekaligus memperkuat dakwah dan publikasi,” ujar Ustadz Hasan.

Ia menilai, program ini juga menjadi bagian dari upaya menyiapkan santri agar siap menghadapi masa depan di era digital.

“Santri hari ini harus disiapkan untuk menghadapi zaman. Digitalisasi ini bukan sekadar mengikuti tren, tapi kebutuhan,” katanya.



Ustadz Hasan mengungkapkan, di Kecamatan Cililin terdapat sekitar 115 pondok pesantren, namun baru 55 pesantren yang telah memiliki izin operasional dari Kementerian Agama. Dari jumlah tersebut, sebagian besar siap mengikuti program digitalisasi ini.

“Sebetulnya di Cililin sudah ada pesantren yang lebih dulu menjalankan sistem ini, seperti Pondok Pesantren Miftahul Hasan yang bekerja sama dengan BSI. Alhamdulillah, itu sudah berjalan dengan baik,” ungkapnya.

Melalui sistem digital, pengelolaan keuangan santri menjadi lebih tertib dan transparan. Santri tidak lagi memegang uang tunai, sementara orang tua dapat memantau kondisi keuangan anaknya secara langsung.

“Orang tua bisa mengecek keuangan santri masing-masing. Semua transaksi menggunakan sistem kartu, jadi lebih aman dan terkontrol,” jelasnya.

Ia berharap, melalui program ini pesantren di Kecamatan Cililin tidak tertinggal oleh perkembangan zaman.

“Kalau pesantren tidak mengikuti digitalisasi, mau tidak mau akan tertinggal. Mudah-mudahan program ini menjadi awal yang baik agar pesantren bisa terus berkembang,” pungkasnya.

PESAN INSPIRATIF 

Pesan inspiratif dari kegiatan ini adalah bahwa pesantren tidak sedang meninggalkan tradisi, tetapi sedang menata masa depan. Digitalisasi bukan soal teknologi semata, melainkan ikhtiar agar pesantren tetap relevan, tertib, dan dipercaya di tengah perubahan zaman.

Melalui kolaborasi antara pesantren, PBNU, dan Bank Syariah Indonesia, terlihat bahwa pesantren mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Kitab tetap diajarkan, adab tetap dijaga, tetapi manajemen diperkuat agar lebih rapi, transparan, dan profesional.

Langkah ini menjadi pengingat bahwa kemandirian pesantren hari ini tidak cukup dengan keilmuan saja, tetapi juga membutuhkan tata kelola yang baik.

Informasi seputar olahraga Nasional, Jawa Barat dan Persib, kunjungi: https://sportsjabar.com/

(*)







Komentar