BLANTERORIONv101

Dampak Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) Seperti ChatGPT terhadap Dunia Kerja

10 September 2025

teknologi AI dan dunia kerja
AI dianggap sebuah ancaman yang bisa menggantikan banyak peran manusia. Pekerjaan yang bersifat rutin seperti entry data, customer service standar, atau penerjemahan sederhana, rawan diambil alih mesin. 
Satuspirit.my.id Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin berkembang. Salah satunya adalah ChatGPT, sebuah model AI yang mampu menulis, menganalisis data, hingga membantu pekerjaan terutama dunia kreatif. Kehadiran teknologi canggih ini menimbulkan pro dan kontra: apakah AI benar-benar akan meningkatkan produktivitas, atau justru mengancam ketenangan para pekerja?

Di banyak sektor, AI terbukti membantu mempercepat pekerjaan. Misalnya: Perusahaan: Chatbot AI bisa melayani pelanggan 24 jam tanpa henti. Industri kreatif: Desain grafis, ide konten, hingga naskah iklan bisa terbantu dengan AI.

Dengan bantuan ini, pekerjaan manusia menjadi lebih efisien, sehingga tenaga kerja bisa fokus pada kreativitas, strategi, dan pengambilan keputusan.

Namun, tidak sedikit yang khawatir. AI dianggap sebuah ancaman yang bisa menggantikan banyak peran manusia. Pekerjaan yang bersifat rutin seperti entry data, customer service standar, atau penerjemahan sederhana, rawan diambil alih mesin. Hal inilah yang memicu ketakutan akan PHK massal di masa depan.

Untuk mendapatkan gambaran nyata, redaksi sajikan dua kesaksian pekerja yang merasakan langsung dampak kehadiran AI:

1. Dini, 27 tahun – Content Creator

“Awalnya saya ragu pakai AI seperti ChatGPT. Tapi setelah coba, ternyata sangat membantu. Saya bisa brainstorming ide lebih cepat, bahkan naskah iklan bisa selesai setengah waktu dari biasanya. AI bukan pengganti, tapi asisten. Justru saya bisa lebih fokus pada sisi kreatif dan interaksi dengan klien.” katanya.

2. Bayu, 35 tahun – Staf Administrasi Perusahaan

“Saya justru merasa was-was. Pekerjaan saya banyak bersifat administratif, dan saya lihat AI bisa melakukannya lebih cepat. Beberapa rekan kerja sudah dirumahkan karena sistem baru yang otomatis. Kalau tidak meningkatkan skill, bisa-bisa giliran saya yang hilang pekerjaannya.”

Dari dua pengalaman ini, terlihat jelas bahwa kehadiran AI menghadirkan dua perpekstif berseberangan: peluang besar bagi yang mampu beradaptasi, sekaligus ancaman nyata bagi yang enggan berubah.

Alih-alih menjadi ancaman, AI bisa dijadikan peluang. Kuncinya ada pada adaptasi dan peningkatan skill. Anak muda, misalnya, perlu membekali diri dengan kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan pemahaman teknologi agar tetap relevan.

Sebagaimana disampaikan oleh seorang pakar teknologi di sebuah seminar:

“AI tidak akan menggantikan manusia. Tetapi manusia yang menggunakan AI akan menggantikan mereka yang tidak mau beradaptasi.”

AI, termasuk ChatGPT, sejatinya hanyalah alat bantu. Dampaknya terhadap dunia kerja bisa positif atau negatif, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Jika dimanfaatkan bijak, AI akan membuka peluang besar. Namun, jika diabaikan, kekhawatiran kehilangan pekerjaan bisa jadi kenyataan.

Sekilas Sejarah AI

AI bukan hal baru. Konsep ini lahir sejak tahun 1956 dalam Dartmouth Conference, ketika ilmuwan komputer John McCarthy mencetuskan istilah Artificial Intelligence. Pada masa itu, AI masih sebatas teori: mesin dapat meniru kecerdasan manusia.

Tahun-tahun berikutnya melahirkan kemajuan:

  • 1960–1970-an: Lahir program awal yang bisa memecahkan soal logika sederhana.

  • 1980-an: Era expert system mulai digunakan di perusahaan untuk membantu pengambilan keputusan.

  • 2000-an: AI berkembang dengan machine learning dan big data.

  • 2022–sekarang: Lahirnya ChatGPT dan model bahasa besar (LLM) yang bisa menulis, berdiskusi, hingga menganalisis data.

Perjalanan panjang ini menunjukkan AI bukan tiba-tiba hadir, tetapi hasil dari riset panjang puluhan tahun.

Baca Juga : https://www.satuspirit.my.id/2025/08/%20%20perbedaan-media-massa-media-online-dan-media-sosial.html

Baca Juga : https://www.satuspirit.my.id/2025/09/uang-pelicin-orang-dalam-dunia-kerja-indonesia_0436459151.html


Komentar