Generasi milineal lekat dengan sebutan mental tempe karena mudah down
satuspirit.my.id - Generasi muda masa kini, yang sering disebut sebagai generasi milenial atau generasi Z, kerap dinilai memiliki mental tempe istilah yang menggambarkan sikap mudah menyerah, rapuh terhadap tekanan, dan kurang tahan terhadap kerasnya kehidupan.
Berbeda dengan generasi terdahulu yang dikenal tangguh dan pekerja keras, generasi sekarang sering terlihat lebih cepat lelah secara mental, bahkan terhadap persoalan ringan sekalipun.
Salah satu penyebabnya, menurut sejumlah pengamat, adalah kemajuan teknologi dan internet yang membuat segalanya serba instan.
Kemudahan yang Mengikis Ketangguhan
Contoh sederhana dapat dilihat dari cara mengerjakan tugas sekolah.
Dulu, ketika siswa mendapat tugas membuat kliping, mereka harus mengumpulkan koran bekas, memotong berita dengan tangan, menempelkannya ke karton, dan menyusunnya rapi. Proses itu mengajarkan ketelitian, kesabaran, dan usaha keras.
Kini, cukup mengetik di Google, menyalin artikel, mencetak, dan selesai dalam hitungan menit.
Kemudahan ini tentu efisien, tapi di sisi lain menumpulkan daya juang dan daya tahan mental anak muda terhadap proses panjang dan kesulitan.
Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan
Fenomena ini juga terlihat dalam peristiwa sosial.
Misalnya, baru-baru ini viral kasus murid yang menegur guru setelah ditegur karena merokok di lingkungan sekolah. Padahal dulu, ketika guru menegur murid, hal itu dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter dan disiplin.
Kini, setiap teguran bisa dianggap sebagai bentuk “kekerasan” atau “pelecehan,” dan sering kali malah menjadi viral di media sosial memperlihatkan betapa sensitif dan mudah tersinggungnya sebagian generasi muda saat ini.
Menurut praktisi pendidikan, ada beberapa penyebab utama melemahnya mental generasi muda saat ini:
- Kemudahan teknologi dan akses instan – Anak muda tidak lagi terbiasa menghadapi kesulitan karena semua tersedia di ujung jari.
- Kurangnya tekanan sosial positif – Lingkungan yang terlalu permisif membuat mereka tidak terbiasa menerima kritik atau kegagalan.
- Sistem pendidikan yang melemah dalam pembentukan karakter – Sekolah lebih fokus pada nilai akademik daripada ketahanan mental dan disiplin.
- Konsumsi media sosial berlebihan – Membandingkan diri dengan orang lain membuat banyak remaja merasa tidak cukup, mudah stres, dan kehilangan arah.
- Kurangnya figur panutan yang kuat – Banyak tokoh publik yang justru menampilkan gaya hidup instan, bukan perjuangan nyata.
Suara dari Generasi Jadul
Rizka Ali Alina, salah satu figur dari generasi sebelumnya, mengaku prihatin terhadap kondisi mental generasi muda saat ini.
“Saya miris melihat anak-anak muda sekarang. Mudah nangis, mudah down, mentalnya tidak kuat, dan semua serba ingin instan. Tapi ini bisa diperbaiki kalau pemerintah berani memperkuat sistem pendidikan dan memberi keleluasaan bagi guru untuk mendidik dengan tegas,” ujar Rizka.
Ia menekankan pentingnya kebijakan pendidikan yang fokus pada pembentukan karakter, bukan hanya penilaian akademik.
"Saya berharap jangan ada kriminalisasi terhadap guru atau sekolah. Saya yakin guru memberi teguran dengan maksud agar si murid menjadi lebih baik lagi. Dan orang tua tua seharusnya mengerti dan mendukung," tandasnya.
Jalan Keluar: Pendidikan dan Keteladanan
Kunci untuk memperbaiki kondisi ini adalah mendorong lahirnya pendidikan yang menanamkan nilai kerja keras, disiplin, dan daya juang.
Guru dan sekolah perlu diberi ruang untuk mendidik secara tegas namun mendidik, bukan sekadar menuruti tekanan publik.
✨ Q’qiu Sprei Bed Cover – Lembut, Nyaman, dan Berkualitas Premium!
📞 Hubungi 0838-5313-9854 untuk pemesanan.
🔖 Promosi Eksklusif dari satuspirit.my.id
(*)
Social Media