.webp "hidup disesuaikan dengan ekonomi") |
| Ilustrasi : Seorang wanita dipersimpangan antara hiudp mewah atau sederhana |
satuspirit.my.id —.Setiap insan tentu ingin tampil modern dan berkelas. Tidak masalah bagi mereka yang memiliki harta atau kekayaan untuk hidup dengan gaya mewah dan eksklusif. Namun, di sisi lain, banyak pula orang yang hidupnya pas-pasan tetapi memaksakan diri untuk tampil seperti kaum jet set. Fenomena ini menjadi ironi di tengah gaya hidup masyarakat modern.
Banyak orang yang bekerja sebagai karyawan biasa, namun karena dorongan gengsi atau keinginan untuk dianggap sukses oleh lingkungan sekitar, mereka akhirnya memaksakan diri untuk hidup mewah. Padahal, tidak jarang hal itu justru menimbulkan kesulitan finansial dan tekanan batin.
Gita Arya, seorang karyawan swasta, menyampaikan pengamatan dari lingkungan kerjanya.
“Ada teman saya, hidupnya sebenarnya sederhana, tapi karena lingkungan pekerjaan, ia jadi terbawa gaya hidup mewah. Padahal penghasilannya tidak seberapa. Saya sendiri ingin hidup enak, healing ke tempat mewah, tapi saya sadar keadaan saya seperti apa. Jadi saya menyesuaikan saja,” ujar Gita Arya kepada redaksi.
Pernyataan itu mengingatkan kita bahwa seharusnya gaya hidup disesuaikan dengan kemampuan finansial. Tidak perlu memaksakan diri untuk tampil glamor jika akhirnya membuat hidup sengsara.
Hidup Sederhana, Hati Lebih Tenang
Menurut Gita Arya, rasa syukur adalah kunci kebahagiaan sejati. Ketika seseorang mampu menerima keadaan dengan ikhlas, maka hidup akan terasa lebih ringan dan damai.
“Buat apa hidup mewah kalau justru menyengsarakan kita? Lebih baik bersyukur dengan apa yang ditakdirkan,” ujarnya.
Kekurangan rasa syukur seringkali membuat seseorang selalu melihat ke atas, iri pada yang lebih kaya atau lebih sukses dan lupa melihat ke bawah, bahwa masih banyak orang yang hidup lebih sulit.
Untuk menumbuhkan rasa syukur, kita bisa melatih diri dengan beribadah, berdzikir, dan memperbanyak kegiatan positif seperti berbagi dengan sesama. Dengan begitu, hati akan lebih damai, dan hidup terasa lebih berkah.
Pada akhirnya, ukuran kebahagiaan bukan pada seberapa mewah kita hidup, melainkan seberapa tulus kita bersyukur atas apa yang dimiliki.
Social Media