
kontras pejabat bergelimpang kemewahan dengan rakyat berkutat kemiskinan
(photo ilustrasi)
satuspirit.my.id - Di tengah realitas pahit bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, ironi justru terlihat jelas dari gaya hidup sebagian pejabat dan figur publik di negeri ini. Mereka dengan mudahnya mempertontonkan kemewahan mulai dari rumah megah, mobil mewah, liburan ke luar negeri, hingga pesta besar, seolah-olah tak peduli dengan kondisi rakyat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.

(photo ilustrasi)
Fenomena ini tidak hanya datang dari kalangan anggota DPR dan pejabat negara, tetapi juga artis serta influencer yang dekat dengan lingkar kekuasaan. Media sosial menjadi panggung utama untuk mempertontonkan kemewahan, sementara sebagian besar rakyat masih bergulat dengan harga sembako yang naik, biaya pendidikan yang mahal, hingga akses kesehatan yang terbatas.
Penyakit Lama Bernama Korupsi
Pertanyaan besar yang muncul: apakah perilaku ini adalah akibat dari penyakit lama bernama korupsi? Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak pejabat yang tersandung kasus korupsi, mulai dari skala kecil hingga miliaran rupiah. Uang rakyat yang seharusnya untuk pembangunan dan kesejahteraan justru mengalir ke kantong pribadi.
Korupsi tidak hanya merampas hak rakyat, tetapi juga melahirkan gaya hidup hedon di kalangan elite. Mereka terbiasa hidup mewah, jauh dari kenyataan rakyat yang masih bergelut dengan kemiskinan.
Lebih dari sekadar persoalan hukum, fenomena ini juga menunjukkan hilangnya empati. Seolah hati sebagian pejabat sudah keras, kehilangan rasa iba, dan abai terhadap penderitaan rakyat. Ketika agama hanya dijadikan formalitas tanpa penghayatan, nilai moral ikut terkikis.
Bahkan ada yang berdalih, “ini bagian dari kemajuan zaman,” padahal sejatinya, kemajuan tanpa moral hanya melahirkan kesenjangan sosial yang makin dalam.
Pejabat Seharusnya Jadi Teladan
Pejabat publik seharusnya menjadi contoh hidup sederhana, merasakan denyut nadi rakyat, dan menempatkan kepentingan masyarakat di atas segalanya. Dengan memperlihatkan kemewahan, mereka justru mencederai kepercayaan publik yang sudah tipis.
Jika hal ini terus dibiarkan, maka jurang antara rakyat dan pejabat akan makin lebar. Indonesia butuh pejabat yang tidak hanya pintar bicara, tetapi juga berhati nurani, jujur, dan peduli.
Baca Juga :
https://www.satuspirit.my.id/2025/09/mengapa-dpr-gagal-wakil-rakyat-penyebab-dan-solusi.html
https://www.satuspirit.my.id/2025/09/%20andai-indonesia-tanpa-korupsi.html
(*)
Social Media