![]() |
| Ilustrasi seseorang berdiri di antara dua jalan, melambangkan pilihan antara kejujuran dan ketidakjujuran. |
Satuspirit.my.id – Di zaman modern yang serba cepat ini, kejujuran menjadi sesuatu yang sangat mahal. Tak sedikit orang menilai bahwa kejujuran kini sulit ditemukan, terutama di tengah masyarakat Indonesia yang sering kali terjebak dalam kepentingan pribadi dan politik.
Banyak orang jujur justru kalah oleh mereka yang menghalalkan segala cara demi kepentingan duniawi. Padahal, kejujuran adalah fondasi utama moralitas, keimanan, dan ketakwaan. Ia lahir dari hati yang bersih dan pikiran yang tulus.
Seorang pengamat sosial, Dini Ardini, menegaskan bahwa kejujuran tidak bisa dibuat-buat atau dipoles.
“Kejujuran itu datang dari hati yang tulus dan pikiran yang jernih. Bukan karena pencitraan, bukan karena ingin dilihat baik, tapi karena nilai moral yang tertanam kuat,” ujarnya kepada redaksi beberapa waktu lalu.
Menurut Dini, orang jujur di era industri saat ini sangat jarang, bukan karena tidak ada, tapi karena mereka sering terpinggirkan. Orang yang jujur biasanya mengganggu kenyamanan mereka yang terbiasa hidup dengan ketidakjujuran.
“Ketika seseorang tampil jujur, banyak pihak merasa terganggu. Karena kejujuran mengancam kepalsuan yang mereka bangun,” tambahnya.
Keadaan ini berdampak langsung pada dunia politik dan kepemimpinan. Banyak rakyat Indonesia menginginkan pemimpin yang jujur, adil, dan berpihak kepada rakyat kecil. Namun, pemimpin yang benar-benar jujur sering menghadapi tekanan besar, baik dari pihak luar maupun dari lingkaran dalamnya sendiri.
“Pemimpin yang jujur sering tidak bertahan lama karena lingkungannya belum siap menerima kejujuran sebagai nilai utama,” kata Dini Ardini.
Meski begitu, masih ada harapan. Di berbagai daerah, muncul tokoh-tokoh muda dan masyarakat yang mulai menumbuhkan kembali semangat kejujuran sebagai nilai dasar. Mereka percaya, kejujuran bukan kelemahan, tetapi kekuatan moral untuk memperbaiki bangsa.
Kejujuran memang tidak bisa diwariskan begitu saja. Ia harus ditanam, dibiasakan, dan dijaga. Karena pada akhirnya, orang jujur mungkin kalah secara duniawi, tapi menang secara moral dan spiritual.

Social Media