![]() |
| Pelajar dulu punya mental kuat, sekarang mental lembek |
satuspirit.my.id - Generasi pelajar di masa kini memang sangat berbeda dengan generasi pelajar zaman dulu. Segala sesuatunya kini bisa diukur dari mental dan daya juang.
Pelajar dulu mulai dari SD, SMP, hingga SMA sederajat dikenal memiliki karakter kuat dan tangguh. Salah satu alasannya adalah karena keterbatasan fasilitas dan teknologi. Belum ada internet, belum ada Google, apalagi ponsel pintar. Segala hal diperoleh lewat usaha keras, niat, dan perjuangan nyata.
Karena itulah, generasi itu tumbuh menjadi pribadi yang tahan banting. Sementara kini, hampir semua hal bisa diperoleh dengan mudah. Sesuatu yang dulu dianggap mustahil, kini bisa dilakukan hanya lewat sentuhan layar. Namun, kemudahan itu berdampak pada mentalitas pelajar: lebih cepat menyerah, ingin instan, dan enggan berproses.
“Kalau dulu mau dapat informasi, harus baca buku atau tanya guru. Sekarang cukup buka ponsel,” ujar Hasan Maulana, seorang guru pensiunan yang mengajar sejak era 1980-an.
Kemajuan teknologi memang membawa manfaat, tapi juga menciptakan generasi yang cenderung bergantung dan rentan terhadap tekanan.
Pelajar Dulu: Tertempa oleh Kedisiplinan
Kisah ini diceritakan oleh seorang mantan pelajar era 80-an bernama Arya Gina.
Ia mengenang masa sekolahnya dengan senyum tipis, meski penuh cerita tentang kedisiplinan keras.
“Kalau dulu terlambat masuk sekolah, itu sudah serem,” kenangnya.
“Pintu gerbang pasti sudah ditutup, guru piket sudah nongkrong sama satpam. Kalau datang terlambat, siap-siap dihukum.”tambahnya.
Hukumannya pun beragam dari push-up, jalan jongkok, jalan bebek, sampai berdiri di tengah lapang sebelum upacara bendera.
Menurut Arya, pengalaman itu justru menempanya menjadi pribadi tangguh dan disiplin.
“Dulu saya sering kena push-up. Dalam seminggu bisa dua kali. Tapi justru dari situ saya belajar tanggung jawab.” tandasnya.
Ia bercerita, banyak teman yang sengaja terlambat agar tidak ikut pelajaran pertama yang mereka tidak sukai. Kadang 2–3 orang dari satu kelas, bahkan satu rombongan antar kelas kompak datang terlambat bersama. Akhirnya, mereka dihukum bersama dan justru menumbuhkan rasa solidaritas di antara sesama pelajar.
Pelajar Sekarang: Mudah, Tapi Rentan
Kondisi itu sangat berbeda dengan pelajar zaman sekarang. Hukuman fisik di sekolah hampir tidak mungkin dilakukan lagi. Guru lebih berhati-hati karena khawatir dilaporkan ke orang tua atau dianggap melakukan kekerasan, ujungnya hukum yang berbicara.
Padahal, dulu bentuk hukuman seperti itu dimaksudkan bukan untuk menyakiti, tetapi melatih tanggung jawab dan keteguhan mental.
Kini, banyak pelajar yang mudah tersinggung, mudah menyerah, dan kurang tahan tekanan.
Mental mereka seperti yang sering disebut oleh orang tua dulu “mental tempe,” lembek dan mudah hancur ketika ditekan sedikit saja.
"Pelajar sekarang mah rata-rata anak mama papa, manja. Sedikit yang punya mental kuat dan tahan banting," imbuhnya kesal.
Harapan untuk Generasi Pelajar ke Depan
Kita tidak bisa memutar waktu, tetapi kita bisa belajar dari masa lalu.
Kedisiplinan dan ketegasan zaman dulu terbukti membentuk karakter kuat. Sementara teknologi dan kemudahan masa kini seharusnya menjadi alat bantu, bukan pelemah semangat.
Semoga ke depan, para pelajar mampu menggabungkan mental tangguh ala generasi lama dengan kecerdasan digital generasi modern, sehingga lahir pelajar yang tidak hanya pintar secara akademik, tapi juga kuat secara mental dan moral.
"Justru dengan kemajuan ilmu pengetahuan sebuah kelebihan jika disatukan dengan keuletan dan ketekunan sehingga akan muncul mental baja," tegasnya.
🛏️ Promo Q’Qiu Sprei & Bed Cover tampil eksklusif di satuspirit.my.id
🛏️ Info lengkap 👉 klik di sini
%20(1).webp)
Social Media