![]() |
| Generasi jadul mental baja sekarang generasi gadget |
satuspirit.my.id - Ada apa dengan dunia pendidikan Indonesia saat ini?
Jika dibandingkan dengan era 80–90an, pendidikan dulu terasa jauh lebih tegas bahkan keras. Namun, ketegasan itu justru membentuk karakter dan mental baja bagi para pelajar zaman itu.
Guru di masa lalu dikenal disiplin dan berwibawa. Saat murid melakukan kesalahan, teguran diberikan secara bertahap dari cara yang halus, hingga ketegasan yang menimbulkan efek jera. Murid pun tumbuh dengan rasa hormat tinggi terhadap guru dan aturan sekolah.
Beragam bentuk hukuman diterapkan dengan tujuan mendidik. Ada yang disuruh jalan jongkok dari gerbang sekolah, berdiri di halaman sambil memberi hormat, bahkan disetrap di depan kelas. Tapi semua itu dianggap bagian dari proses belajar menghargai kedisiplinan, bukan penghinaan.
Kini, suasana itu sulit ditemui. Dunia pendidikan berubah seiring berkembangnya teknologi dan munculnya isu hak asasi manusia (HAM). Guru berada di posisi serba salah ingin menegakkan disiplin, tetapi takut dianggap melakukan kekerasan terhadap anak. Banyak kasus guru dilaporkan ke pihak berwenang hanya karena mencoba mendisiplinkan siswanya.
Hal itu diamini oleh Tini Hartini, seorang perempuan yang bersekolah pada era 1980–1990-an. Ia mengaku dulu termasuk siswi yang cukup nakal, sering bolos, bahkan pernah mendapat hukuman dari guru.
“Saya pernah ditampar, disuruh jongkok, dan disetrap di depan kelas karena nakal. Tapi saya tidak pernah lapor orang tua, karena saya tahu itu kesalahan saya,” kata Tini kepada redaksi.
Tini menilai, generasi sekarang cenderung bermental tempe.
“Zaman sekarang mentalnya mental gadget, mental tempe. Semua serba mudah, tidak mau berpikir keras, dan selalu mengandalkan teknologi,” ujarnya.
Menurutnya, akibat kondisi itu, karakter disiplin siswa menjadi menurun. Guru kesulitan menegakkan aturan karena terjebak pada batas-batas HAM anak.
“Sekarang siswa yang salah malah dibela, bahkan ada yang merokok di sekolah tapi justru didukung demo supaya tidak dihukum. Itu kan ironis,” tambahnya.
Banyak warganet juga menilai, sudah saatnya pendidikan dikembalikan seperti dulu ketika guru memiliki kebebasan mendidik dengan tegas dan bijak.
“HAM anak penting, tapi harus seimbang dengan kewajiban belajar dan disiplin. Orang tua jangan terlalu ikut campur dalam urusan sekolah. Percayalah, guru tahu cara mendidik yang terbaik,” tutup Tini Hartini.
Baca Juga :
https://www.satuspirit.my.id/2025/10/jaman-sekarang-teguran-guru-dianggap-bentuk-kekerasan.html
https://www.satuspirit.my.id/2025/09/mengelola-stres-sehari-hari-donnie-permana.html
(*)

Social Media